Senin, 31 Oktober 2011

Behind The Scene Surgeon Bong Dal Hee

Yaaaa.... alhasil dalam bulan ini saya hanya bisa posting dua episode sinopsis SBDH :p
Setelah ini aku bakal break lagi sebulan (tuntutan ilmu ^.^v), trus habis itu baru deh bisa mulai update sinopsis lagi... Tapi don't worry, sebagai kado break, nih qkasih link download bts SBDH....
Sayangnya video ini tanpa subtitle :(, tapi gpp... tetep bikin ketawa-ketiwi koq ngeliatnya :D
Piku-pikunya....:

Serius banget ya dengerin pengarahannya...?

Aiiih dr. Ahn... Rambutnya mana tahaaaan ^.^v



Koq mirip Song Sam Dong ya?? :)



Latihannya serius bener... pantesan akting jadi dokternya pada jago...



kiri: Ini Dal Hee lagi belajar atau Yo Won lagi ngapalin script??, kanan: Wah... wah... wah... LBS mau ngapain tuuuh??



Foto bersama setelah episode terakhir...

Silakan didownload....

BTS SBDH Part 1
BTS SBDH Part 2
BTS SBDH Part 3
BTS SBDH Part 4
BTS SBDH Part 5
BTS SBDH Part 6

Rabu, 19 Oktober 2011

Surgeon Bong Dal Hee Episode 8


Dr. Ahn memulai pengumumannya tentang obat baru. Dia menyebutkan keunggulan-keunggulan obat tersebut yang kemudian segera disambut tepukan tangan hadirin yang ada. Prof. Suh pun langsung tampak bangga. Namun selanjutnya dr. Ahn langsung mengupas kekurangan obat baru termasuk efek sampingnya berupa masalah debaran jantung dan pernafasan. Dr. Ahn menyimpulkan bahwa ada yang tidak beres dengan obat baru sehingga belum bisa dirilis dan perlu dilakukan tes lebih lanjut. Prof. Suh terlihat syok dengan hal itu (ya iyalaaah… rencananya hari itu bakal rilis koq tiba2 ditunda).


Para hadirin pun langsung bertepuk tangan mendengar pengumuman dr. Ahn (kecuali Prof. Suh dan semua dokter dari bagian bedah dada). Prof. Suh langsung kikuk dan memandang ke arah hadirin. Rupanya Dal Hee ikut bertepuk tangan dan itu membuat Min Woo langsung memberi tanda pada Dal Hee untuk berhenti.


Prof. Suh pun kesal dan langsung pergi dari ruang konferensi. Kemudian ketika dr. Ahn menemui Prof. Suh di ruangannya, dia langsung dimarahi habis-habisan oleh Prof. Suh. (dilempar odner segala). Dr. Ahn hanya diam saja dan pasrah.
Sedangkan konferensi dilanjutkan dan sekarang giliran bagian bedah yang berbicara (diwakili oleh Gun Wook). Tampaknya riset bagian bedah sukses dan disambut tepuk tangan meriah hadirin (Dal Hee ikut tepuk tangan lagi :p). Karena kesuksesan tersebut, bagian bedah pun mengadakan acara minum bersama.
Prof. Lee dengan riang membicarakan ‘kegagalan’ Prof. Suh. Gun Wook hanya diam mendengarkan sambil terngiang kata-kata Prof. Suh padanya. Prof. Suh bertanya apa Gun Wook ingat dengan anak laki-laki yang dulu pernah tinggal di rumah pamannya (Prof. Lee). Tapi kemudian perhatian Gun Wook beralih pada Dal Hee dan teman-temannya. Rupanya Dal Hee sedang pamitan bahwa mulai besok akan pindah ke bagian bedah dada (Dal Hee ini emang ambil spesialis bedah dada, tapi sebelum ke bagian bedah dada dia praktek dulu di bagian bedah). Kemudian tiba-tiba Dal Hee dapat panggilan darurat sehingga harus kembali ke RS.
Gun Wook yang tau bahwa Dal Hee mendapat panggilan darurat langsung mengikutinya keluar lalu mengajak Dal Hee bareng ke RS. Dal Hee tentu saja mau dan senyam-senyum nerima ajakan Gun Wook :>.  Sesampainya di RS, Dal Hee dan Gun Wook ngobrol sebentar di mobil (bukannya dapet panggilan darurat ya?). Kemudian saat Dal Hee hendak turun dari mobil ternyata pintunya rusak sehingga harus dibuka dari luar, jadinya seolah Dal Hee dibukain pintu ma Gun Wook (bikin GR aja niiih :p). Dal Hee jadi tambah GR ketika ternyata Gun Wook nggak ada keperluan di RS (jadi dia cuma nganterin Dal Hee doang ke RS). Akibatnya Dal Hee pun langsung ‘nembak’ Gun Wook ^.^


Tanpa berpikir panjang, Gun Wook langsung menolak Dal Hee dengan alasan dia nggak kencan dengan sesama dokter. Dal Hee menganggap hal itu aneh dan kemudian meninggalkan Gun Wook dengan kesal.
Beralih ke dr. Ahn yang mengemasi barang-barangnya untuk meninggalkan RS (sementara). Saat keluar dari ruangannya dan bersiap untuk pergi, dia bertemu dengan Gun Wook. Keduanya hanya saling pandang sambil terus berjalan berlawanan arah.
Keesokan harinya Dal Hee memperkenalkan diri pada dokter-dokter bagian bedah dada. Prof. Suh yang menyadari bahwa Dal Hee yang kemarin tepuk tangan saat dr. Ahn mengumumkan masalah obat baru, langsung mengirim Dal Hee tugas di daerah pinggiran (sementara juga).
Dal Hee protes pada Hyun Bin atas pengirimannya ke pinggiran. Tapi Hyun Bin menghibur Dal Hee dengan mengatakan bahwa ini hanya dua minggu dan di sana juga ada dr. Ahn yang sudah berangkat sejak tadi malam.


Ternyata di rumah sakit pinggiran itu pemandangan dan udaranya sangat bagus. Liat deh gambar di bawah. Di Indonesia mana ada RS kayak gini? Pasien bisa cepet sembuh tuh kalo RSnya seenak itu (atau malah betah berlama-lama di RS ya? :p).


Saat makan siang, Dal Hee langsung menghampiri dr. Ahn yang sedang makan sendirian. Dengan riang dia memperkenalkan diri dan berkata bahwa mulai hari ini akan ada di bagian bedah dada. Dal Hee juga berkata bahwa dia ada di RS ini karena kemarin ikut tepuk tangan (saat pengumuman obat baru). Dal Hee juga bilang dia senang karena ternyata dr. Ahn juga ada di RS ini. Tapi dr. Ahn hanya diam saja (teteeep…). Dal Hee pun langsung duduk di depan dr. Ahn dan disambut dengan tatapan tajam seniornya itu. Dal Hee cuma cengar-cengir :p. dr. Ahn pun mulai melancarkan serangannya dengan berkata kenapa Dal Hee pindah (ke bagian bedah dada) ketika akan berkencan dengan seseorang di RS(Gun Wook). Dal Hee pun langsung berargumen bahwa dokter juga manusia yang boleh berkencan. Dr. Ahn berkata agar Dal Hee memikirkan perasaan Seung Min (emg kenapa dgn Seung Min? Toh ortunya jg udah cerai).
Beralih pada seorang pasien yang ada di RS karena tiba-tiba mengalami nyeri dada ketika menyetir. Dr. Ahn pun menyuruh Dal Hee melakukan CT scan dan tes lab pada pasien tersebut. Saat Dal Hee hendak mengambil darah, si pasien berkata agar Dal Hee hati-hati karena dia merupakan penderita AIDS. Dal Hee tampak terkejut dan mengambil darah si pasien dengan amat sangat ekstra hati-hati.
Dal Hee melaporkan hasil CT scan si pasien pada dr. Ahn. Ternyata pasien menderita aortic aneurysm (pembengkakan pembuluh nadi). Dr. Ahn langsung meminta dilakukan operasi secepatnya lalu pergi. Dal Hee pun mengejar dr. Ahn lalu berkata bahwa pasien menderita AIDS.
Langsung saja para dokter merapatkan hal ini. Dr. Ahn bersikukuh si pasien harus dioperasi di RS ini karena nggak punya cukup waktu apabila dibawa ke RS lain yg lebih besar. Sementara dokter lain yang lebih senior (dokter kepala mungkin ya), berkeras menolak pasien tersebut dioperasi di RS ini dengan berbagai dalih. Sampai akhirnya dr. Ahn memutuskan bahwa dia yang akan mengoperasi pasien tersebut dan bertanya siapa saja yang bersedia membantunya. Semua dokter diam membisu. Dal Hee sejenak tampak ragu namun kemudian mengangkat tangannya pertanda bersedia membantu dr. Ahn. Diikuti dengan suster Ko yang juga mengangkat tangannya. Kemudian karena masih butuh satu dokter lagi dan semua hanya diam, tanpa berlama-lama dr. Ahn langsung menunjuk dr. Jung untuk membantunya (dari tadi kek langsung tunjuk biar cepet). Dokter itu tampak keberatan membantu namun akhirnya mau (dengan terpaksa).
Akhirnya operasi pun dilakukan. Namun di tengah-tengah operasi tiba-tiba darah pasien (padahal punya AIDS) muncrat ke mana-mana (ga tau juga kenapa). Semuanya panik dengan darah yang mengenai muka, baju, dan beberapa peralatan operasi. Dal Hee, dr. Ahn, dan suster Ko masih tetap menangani pasien namun dr. Jung langsung menyingkir (huuuh… ga gentle). Belum lagi ditambah kondisi pasien yang langsung drop dan membuat semuanya tambah panik. Tapi bukan dr. Ahn namanya kalo operasinya nggak berhasil :p.


Kemudian tiba saatnya menutup luka operasi pasien. Dr. Ahn meminta jarum pada suster Ko dan mulai menjahit luka pasien. Daaan… tiba-tiba dr. Ahn tertusuk jarum jahitnya… (Woooaaaa….). semua langsung terkejut dan terdiam. Dr. Ahn langsung mencuci tangannya kemudian melanjutkan kembali operasi.


Selesai operasi, dr. Ahn langsung mengambil darahnya untuk diperiksa. Dal Hee yang melihat dr. Ahn hendak mengambilmdarahnya sendiri langsung turun tangan membantu. Dal Hee pun berusaha membesarkan hati dr. Ahn dengan mengatakan agar dr. Ahn jangan khawatir karena kemungkinan tertular AIDS melalui tusukan jarum (yang ga sengaja kyk gitu) hanya 0,4%. Dr. Ahn tetep tampak tenang dan dengan santai berkata bahwa dirinya nggak khawatir karena kemungkinannya hanya 0,3%. Dal Hee pun cepat-cepat membawa darah dr. Ahn ke lab untuk diperiksa.


Kemudian Jae Bum, A Ra, dan Min Woo membicarakan pengiriman Dal Hee ke RS pinggiran hanya gara-gara ‘tepukan tangan’. Gun Wook datang dan kemudian tanpa sengaja mendengar hal tersebut. Dia berhenti sejenak lalu kemudian langsung bertanya pada Jae Bum mengenai pasien Familial Adenomatous Polyposis (FAP). Ternyata si pasien punya anak laki-laki berumur 15 tahun. FAP tuh banyak polip di usus yang kalo ga ditangani bisa jadi kanker dan parahnya ni kondisi peluangnya 100% menurun pada anaknya. Gun Wook dan Jae Bum pun mengunjungi si pasien dan menjelaskan hal tersebut. Namun si pasien dengan tenang mengatakan bahwa si anak bukan anak kandungnya (itu anak tirinya). Si pasien bahkan berkata bahwa ini adalah berkah karena si anak bukan darah dagingnya. Gun Wook yang mendengar hal tersebut langsung terdiam. Setelah itu Gun Wook terus merenung dan memperhatikan Seung Min yang sedang asyik bermain bersama ibunya.
Di tempat lain A Ra sedang dimarahi habis-habisan sama kakaknya karena nggak pernah mengunjunginya padahal habis operasi. A Ra hanya diam memandangi kakaknya dengan tajam. Kakak A Ra lalu meminta morfin pada A Ra yang langsung ditolak oleh adiknya itu karena bahkan dokter sekalipun sulit mendapatkan morfin. A Ra langsung ditampar oleh kakaknya dan diberi waktu sampai lusa untuk mendapatkan morfin. A Ra tetap diam saja menahan marah.
 Malam harinya, A Ra mengendap-endap masuk ke kamar rawat kakaknya sementara sang kakak sedang tidur pulas. A Ra memandangi kakaknya dengan penuh emosi lalu mengalihkan pandangan ke infus. Sambil menangis dia merubah kecepatan tetesan infus yang semula 8 mL/jam menjadi 98mL/jam.
Btw, ati2 lho ya ama kecepatan tetesan infus. Soalnya tiap obat dan kondisi ada itungannya sendiri berapa kecepatan yang diperlukan. Cepat lambat tetesan itu bisa mempengaruhi kadar obat dalam darah pasien. So, jangan sembarangan ngerubah kecepatan tetesan infus.
 Hanya beberapa detik setelah merubah kecepatan infus kakaknya, A Ra berubah pikiran. Entah apa yang ada di kepalanya tapi dia langsung merubah kembali kecepatan tetesan infus kakaknya menjadi 8 mL/jam lalu bergegas keluar dari kamar rawat kakaknya. Namun rupanya Jae Bum dari tadi ada di dekat pintu dan mengawasi A Ra yang terkejut dengan keberadaannya. A Ra berlalu lalu Jae Bum mengejarnya dan bertanya siapa pria itu. A Ra menolak menjawab dan berkata apa Jae Bum tertarik padanya. Belum sempat Jae Bum menjawab, A Ra melanjutkan kata-katanya bahwa sayangnya dia tak tertarik pada pria yang jelek dan pendek (Jae Bum maksudnya). Jae Bum pun langsung tertohok dan minta maaf bahwa dirinya jelek dan pendek (ngapain minta maaf?! Kamu nggak salaaaah) kemudian pergi. A Ra terlihat menyesal mengatakan itu pada Jae Bum namun dia hanya bisa diam.
Dal Hee duduk sambil mengingat penolakan Gun Wook padanya. Dia menggerutu mengapa Gun Wook memeluknya tanpa alasan jika nggak mau kencan dengannya. Dal Hee berkata bahwa cinta baginya adalah penyakit yang nggak pernah sembuh. Dia juga berkata akankah datang hari dimana cinta menyelamatkannya (datang koq, Dal Hee… tenang aja…).
Keesokan harinya hasil tes darah dr. Ahn telah keluar dan ternyata… positif. Dal Hee langsung terkejut dan berargumen dengan sang analis mengenai kemungkinan hasil tes tersebut salah. Namun dr. Ahn tetap diam membisu lalu tiba-tiba pergi begitu saja. Dal Hee mengejarnya lalu mengutarakan argumen-argumennya dan itu membuat dr. Ahn marah dan menyuruhnya diam. Dal Hee pun diam dan dr. Ahn terlihat sangat cemas. Kemudian panggilan darurat memaksa mereka segera pergi.


Panggilan darurat berasal dari seorang pasien yang ternyata harus dioperasi secepatnya. Dr. Ahn meminta penyiapan ruang operasi namun dokter senior (yang sebelumnya menolak pasien AIDS dioperasi di RS ini) datang dan menyuruh dr. Ahn tidak melakukan operasi sampai hasil tes darah kedua menunjukkan hasil negatif. Dr. Ahn setuju lalu pergi dengan kesal namun tak tau harus marah pada siapa. Dia hanya bisa berdiri sambil memandangi laut.
Saat makan siang di kantin, semua dokter tampak menjauhi dr. Ahn. Tak ada yang mau duduk satu meja dengannya. Dal Hee yang melihat itu langsung duduk satu meja dengan dr. Ahn dan bahkan minum dari gelas bekas dr. Ahn. Hal ini dilakukan Dal Hee semata-mata karena dia yakin bahwa nggak mungkin dr. Ahn positif AIDS hanya dari tertusuk jarum. Namun dr. Ahn malah terlihat kesal karena merasa dikasihani oleh Dal Hee.


Dal Hee mendapat panggilan darurat dari seorang pasien yang mendadak kesulitan bernafas. Saat Dal Hee hendak memeriksanya, tiba-tiba si pasien batuk darah. Dal Hee panik dan kemudian memanggil dr. Ahn yang langsung datang. Dr. Ahn langsung meminta penyiapan ruang operasi karena si pasien harus dioperasi secepatnya. Dal Hee bertanya siapa yang akan melakukan operasi karena RS tersebut nggak punya ahli bedah dada. Karena sangat darurat, dr. Ahn menyuruh Dal Hee yang melakukan operasi dibawah pengawasan dan intruksinya. Dal Hee kaget dan dr. Ahn hanya berkata bahwa ini mirip dengan operasi usus buntu saja.


Dal Hee tampak gugup di awal operasi bahkan sampai menjatuhkan pisau bedah. Dr. Ahn yang memberikan instruksi dari jauh menyuruhnya tenang dan melanjutkan operasi. Darah pasien yang begitu banyak membuat Dal Hee kesulitan melakukan operasi dan itu membuatnya panik. Kemudian tiba-tiba detak jantung pasien menurun dan itu membuat Dal Hee tambah panik. Dia tampak shock lalu terdiam. Dr. Ahn yang melihat Dal Hee shock langsung berusaha menguatkannya.


Salah satu kalimat yg kusuka saat adegan ini adalah “You’re ignorant but you’re not a coward”-kau bodoh tapi bukan bukan pengecut. Kemudian Dal Hee pun kembali tenang dan operasi berhasil diselesaikannya dengan sukses. 


Jae Bum bertanya pada A Ra mengenai pasien yang hendak A Ra celakai (kakak A Ra) mengapa tiba-tiba menghilang. A Ra berkata dia tidak tahu tapi Jae Bum terus memojokkannya namun A Ra langsung pergi ke kamar rawat kakaknya dan ternyata benar dia telah menghilang.
Moon Kyung memeriksa pasien di ruang gawat darurat yang merupakan seorang anak kecil pingsan dan di sampingnya ada ibu dan ayahnya. Dia bertanya kepada ibu si bocah mengapa putranya pingsan. Si ibu dengan takut-takut berkata bahwa putranya tiba-tiba pingsan begitu saja. Moon Kyung pun meminta Jae Bum mendudukkan bocah itu dan melihat beberapa lebam di tubuhnya. A Ra yang ternyata melihat hal tersebut dari kejauhan langsung mengambil tong sampah dan menggunakannya untuk memukul ayah si bocah. Moon Kyung dan Jae Bum tampak terkejut. A Ra marah-marah pada ayah si bocah yang tampak kesal dan kemudian Jae Bum memisahkan mereka.
Min Woo, A Ra, dan Jae Bum pada suatu malam berjalan-jalan (nggak tau juga mereka ngapain, mau pulang atau jalan-jalan doang). Jae Bum dan Min Woo bercanda dengan riang meninggalkan A Ra di belakang mereka yang berjalan dengan ogah-ogahan. Kemudian A Ra melihat ke pinggir jalan yang ternyata di sana ada seseorang yang pingsan. A Ra mengamati wajah orang itu dan menyadari bahwa pria itu adalah ayah yang pernah dipukulnya dengan tong sampah. Di tangan pria itu juga terdapat sebotol minuman keras sehingga membuat A Ra langsung mengacuhkannya begitu saja.
Ketika bis datang, Jae Bum mempersilakan A Ra masuk duluan namun A Ra hanya diam saja lalu tiba-tiba berlari pergi. Jae Bum dan Min Woo pun mengejarnya. A Ra menghampiri pria yang pingsan tadi lalu menyuruh teman-temannya membawa pria itu karena dia terkena hipotermia. Sesampainya di RS, A Ra tampak mati-matian menyelamatkan pria tersebut dengan emosional. Setelah pria itu berhasil selamat, A Ra pun langsung pergi dan Jae Bum (lagi-lagi) mengejarnya.
A Ra duduk di tangga dan Jae Bum di sampingnya. A Ra kemudian bercerita bahwa pasien yang kemarin kecanduan morfin adalah kakaknya. Dia juga cerita tentang ayahnya yang suka memukul anaknya dan membuat A Ra benci padanya. Namun, A Ra menyesal saat ayahnya meninggal (hal itu yang membuat A Ra mati-matian menyelamatkan pria yang pernah dipukulnya dengan tong sampah). A Ra lalu menangis tersedu-sedu dan Jae Bum memeluknya :D
Beralih pada Moon Kyung yang menemui Gun Wook untuk membahas masalah Seung Min. Kemudian saat Seung Min pulang dari RS, Gun Wook hanya bisa melihatnya dari jauh (hedeeeh… kenapa ga nemuin aja sih, pake liat dari jauh segala).
Kemudian di suatu pagi, Dal Hee nyelonong masuk ke kamar dr. Ahn yang baru aja bangun tidur. Rupanya Dal Hee hendak mengambil sample darah dr. Ahn untuk check up kedua (tes AIDS). Ssssttt… untuk adegan pengambilan darah ini kira-kira bener Lee Bum Soo dan Lee Yo Won sendiri nggak ya yang ngelakuin…? Ntar liat aja di behind the scene-nya :D. Setelah mengambil darah dr. Ahn Dal Hee membawanya ke lab dan ternyata hasilnya negatif. Dal Hee dan dr. Ahn tampak sangat lega.
Dr. Ahn berdiri melamun di atap RS. Dal Hee kemudian datang dan dr. Ahn menoleh dengan tatapan acuh padanya. Dal Hee tetep aja cengar-cengir bandel sambil nyodorin sekaleng minuman pada dr. Ahn. Mereka pun duduk berdua sambil minum. Dal Hee berterima kasih pada dr. Ahn karena membuatnya memperoleh pengalaman berharga yakni dengan melakukan operasi pamotongan paru. Dr. Ahn stay cool dan berkata bahwa operasi itu bukan dia yang sepenuhnya melakukannya (karena di bawah instruksi dr. Ahn). Dal Hee tampak kecewa namun mengakuinya. Namun dr. Ahn cepat-cepat  menambahkan bahwa Dal Hee melakukannya dengan baik seperti juga saat operasi pasien AIDS (pas ini dr. Ahn tampangnya udah mulai ramah ama Dal Hee).


Dal Hee pun langsung menyebut ini adalah hari yang bersejarah karena salah satu alasannya adalah ini pertama kalinya dia mendapat pujian dari dr. Ahn. Dal Hee pun bertanya apakah ini tandanya dr. Ahn akan bersedia membimbingnya saat kembali ke RS Seoul nanti. Dia bahkan berjanji nggak akan berkencan karena dia baru saja ditolak. Dr. Ahn hanya diam tak menjawab pertanyaan Dal Hee sampai tiba-tiba ada panggilan darurat untuk Dal Hee. Dal Hee pun berlari menuju ruang gawat darurat dengan riang (padahal belum dijawab ama dr. Ahn  ya). Dr. Ahn hanya terdiam memandangi Dal Hee yang pergi meninggalkannya lalu mendadak tersenyum. Ini pertama kalinya nih dr. Ahn senyum ma Dal Hee. Setelah 8 episode, dia baru senyum sekarang (aih aih…. Kebayang betapa galaknya ni orang).


Beralih ke Gun Wook yang menuju ruang rahasia (tempat Dal Hee biasa belajar). Dia teringat akan kenangannya bersama Dal Hee (saat pipinya dicium Dal Hee, saat menggoda Dal Hee seperti hendak memeluknya tapi ternyata ambil HP, saat melihat Dal Hee dengan celana pooh). Lalu dia ingat juga ketika Dal Hee menyatakan perasaannya. Gun Wook tak bisa berhenti memikirkan Dal Hee dan kemudian… To Be Continued :)

Jumat, 14 Oktober 2011

Surgeon Bong Dal Hee Episode 7


 Episode 7 ini diawali dengan suasana ruang emergency yang sangat sibuk. Dal Hee ada di situ menangani seorang pasien yang sedang kesakitan. Saat Dal Hee sedang memeriksanya, si pasien langsung meminta obat Demerol (penghilang nyeri). Dal Hee menolak dan meminta pasien menunggu sebentar untuk diperiksa terlebih dahulu. Tapi, karena si pasien terus mengerang kesakitan, Dal Hee pun langsung meminta Demerol. A Ra yang melihatnya langung mencegah dan bilang bahwa si pasien ketergantungan obat, seberapapun sakitnya pasien harus diperiksa dulu sakitnya karena apa.
Dal Hee mengamati rekam medis pasien dan melihat bahwa pasien benar-benar ketergantungan obat. Dia memuji ketepatan A Ra tapi A Ra bilang bahwa itu bukan hal sulit, pasien yang langsung menyebut nama obatnya itu mengindikasikan dia ketergantungan. Kemudian tiba-tiba segerombolan pria berawajah sangar datang dan bertanya (sambil bentak-bentak) apakah ada dokter (ya ada laaah… masa di rumah sakit ga ada dokter). Dal Hee, A Ra, Jae Bum saling berpandangan. Jae Bum yang disuruh maju sama A Ra langsung balik membentak sekawanan sangar itu. Semua terdiam. Jae Bum menghampiri kawanan itu dengan tampang sangar, tapi ketika tepat di hadapan mereka, Jae Bum langsung keok :p. Jae Bum bahkan dengan sopan mempersilakan kawanan itu untuk ke ruang periksa.
Kemudian hasil check up pasien Dal Hee yang kesakitan tadi (Kim Chang Hoo) pun datang. Setelah Dal Hee melihat hasil rontgen, ternyata pasien menderita ulcer perforation (dinding perutnya berlubang). Dal Hee langsung meminta tolong pada A Ra untuk menyiapkan ruang operasi sementara dia berlari menuju pasiennya. Tapi ternyata pasiennya telah pergi dan Dal Hee pun mengejarnya sampai ke luar RS namun si pasien telah lenyap.
Adegan beralih ke pertemuan dua ‘geng’ di rumah sakit (geng bedah dan geng bedah dada). Mereka berpapasan di jalan dan kemudian saling menyapa. Geng bedah menanyakan bagaimana kabar obat antihipertensi milik geng bedah dada. Geng bedah dada menjawab dengan bangga bahwa obatnya memuaskan. Saat itu, Gun Wook yang ada di geng bedah malah memandangi dokter Ahn di geng bedah sambil membayangkan ucapan Moon Kyung bahwa ayah Seung Min adalah orang yang Gun Wook kenal. Kemudian saat geng bubar, Dal Hee mendapat panggilan darurat.


Ternyata seorang pasien datang dengan keluhan nyeri pada perutnya. Pasien itu mengenali Dal Hee yang kemudian membuat Dal Hee ingat bahwa ini adalah pasien yang mendapat obat uji antihipertensi dari dokter Ahn cs.
Gun Wook memeriksa pasien tersebut lalu mendiagnosa bahwa pasien terkena mesenteric artery infarction dan harus segera dioperasi. Sepemahamanku itu kondisi di mana usus membusuk karena pembuluh arteri di bagian penghubung antar usus tersumbat.
Di ruang sterilisasi sebelum operasi, Gun Wook bertanya pada Ji Hyuk dan Dal Hee mengenai kemungkinan penyebab si pasien terkena mesenteric artery infarction. Rupanya si pasien merupakan salah satu pengguna obat baru dr Ahn cs yang diresepkan oleh Dal Hee.
Setelah operasi si pasien yang berakhir tanpa kendala berarti, Gun Wook menanyakan kondisi Dal Hee (setelah kemaren pingsan). Dal Hee pun menjawab dengan ogah-ogahan bahwa dirinya mencari tau bahwa pasien usus buntu yang kemaren bikin repot ternyata mengidap porphyria. Gun Wook lalu mengingatkan Dal Hee agar menjaga kesehatannya. Dia juga bilang kalo tubuh Dal Hee terlalu ringan (sempet-sempetnya nimbang ya pas gendong Dal Hee? :p).
Kemudian tiba-tiba ada panggilan darurat kepada CPR team hari itu (Dal Hee, Gun Wook, A Ra, Jae Bum, dan Ji Hyuk) ke kamar no. 114.  A Ra berlarian menuju kamar 114 namun mendadak terhenti di depan kamar begitu mendengar suara seseorang di kamar itu. A Ra mengenali orang tersebut lalu mundur perlahan. A Ra sepertinya takut dengan orang itu. Dia pun pergi dari kamar itu karena di dalam kamar sudah ada Jae Bum yang menangani pasien CPR.
Dal Hee dan Gun Wook tiba di kamar 114 lalu langsung membantu Jae Bum menangani pasien. Beberapa saat kemudian Ji Hyuk datang lalu langsung dimarahi oleh Gun Wook. Dia bertanya bagaimana Ji Hyuk merawat pasiennya koq bisa sampai dilakukan CPR di kamar. Ji Hyuk berkata bahwa pasien tersebut bahkan akan keluar dari rumah sakit besok.
Akhirnya si pasien dipijat jantungnya sambil dibawa ke ICU (adegannya kayak waktu Seung Min dibawa ke ruang operasi). Sesampainya di ICU, CPR pun dilanjutkan dan pasien berhasil selamat. Gun Wook bertanya pada Ji Hyuk bagaimana mungkin pasien yang akan pulang besok memiliki irama jantung yang nggak stabil. Ji Hyuk menjawab tidak tau sebab si pasien hanya punya riwayat hipertensi, bukan ketidakstabilan irama jantung bahkan gejalanya pun tidak. Gun Wook pun meminta Dal Hee melihat ke rekam medis pasien.
Ternyata berdasarkan rekam medis, pasien tersebut merupakan salah satu pengguna obat baru dr. Ahn.  Tidak ada masalah pada rekam medisnya sehingga Ji Hyuk berpendapat bahwa kemungkinan ada yang nggak beres pada obat baru dr. Ahn. Gun Wook pun menyuruh Dal Hee membuka rekam medis semua pasien mesenteric artery infarction untuk mencari tau.
Beralih kepada A Ra yang termenung di ruangannya. Jae Bum datang lalu bertanya sambil marah kemana A Ra pergi dan kenapa nggak datang ke pasien CPR tadi. A Raa malah balik bertanya apa yang terjadi pada pasien tersebut. Jae Bum bilang tentu pasien itu masuk ICU. A Ra pun bergegas menuju ICU untuk melihat pasien tersebut. Jae Bum hanya bisa memandanginya.


Profesor Lee menemui Gun Wook lalu membahas masalah Seung Min yang belum juga dicoret dari daftar keluarga Lee. Profesor Lee bahkan menyebut Gun Wook bodoh karena bisa tertipu selama tujuh tahun. Dia juga mengatakan agar Moon Kyung nggak muncul lagi dihadapannya. Kemudian tak lupa sang Profesor meminta Gun Wook menyelesaikan thesisnya agar bisa menyaingi dr. Ahn cs (bawel juga ya ni om…). Rupanya dari tadi Moon Kyung dan dr. Ahn mendengarkan pembicaraan Gun Wook dan Profesor Lee. Hal itu membuat Moon Kyung jadi kehilangan mood untuk  membicarakan masalah pekerjaan dengan dr. Ahn.
Gun Wook mengetuk ruangan dr. Ahn dan yang punya ruangan malah datang dari luar dan bertanya ada urusan apa. Gun Wook pun masuk dan langsung membahas soal ketidakberesan obat baru dr. Ahn cs (sebenernya itu obat punya Profesor Suh, tapi kayaknya yang paling banyak ngurusin si dr. Ahn ya…?). Setelah berbicara panjang lebar mengenai keganjilan obat tersebut, tanggapan dr. Ahn cuma singkat, padat, dan jelas: “So?”. Gun Wook jengkel lalu berkata, “Kamu nggak ngerti atau pura-pura nggak ngerti?”. Dia juga minta agar dr. Ahn memeriksanya kembali. dr. Ahn tetap tampak cuek dan kemudian menjawab: “Baiklah. Sekarang keluar”. Gun Wook merasa menyesal memberi tau dr. Ahn tentang hal ini secara baik-baik, padahal dia bisa aja langsung mempublikasikan isu ini di rumah sakit dan kemudian menghancurkan prospek obat tersebut. Ternyata dr. Ahn tetap saja cuek dan bahkan semakin menjengkelkan (ugh!). Gun Wook pun keluar dari ruangan dr. Ahn dengan jengkel luar biasa.
Dal Hee merawat luka operasi pasien mesenteric artery infarction-nya sambil bertanya mengenai obat yang diberikannya (obat baru dr. Ahn). Si pasien menjawab bahwa setiap minum obat, dia ingat akan Dal Hee lalu langsung meminum semuanya (kalimatnya ambigu nih ya… bisa berarti obatnya ditenggak sekaligus semuanya tuh… malah bahaya kan… :p). Dal Hee bertanya apa yang pasien tersebut rasakan setelah meminum obatnya. Si pasien menjawab bahwa dia merasa kesulitan bernafas setelah minum obat tapi tekanan di leher belakangnya langsung hilang.
Dal Hee keluar dari kamar pasien lalu melihat ibunya berdiri di lorong rumah sakit dan dengan ceria (kayak anak kecil) berlari menuju ibunya. Tapi rupanya si ibu masih agak jengkel dengan anaknya. Dia pun menceramahi anaknya habis-habisan. “Ibu tak butuh seorang dokter, anak perempuan paling cantik menurutku adalah yang sehat dan berumur panjang”. Ibu Dal Hee pun meminta putrinya janji apabila meraakan ketidakberesan pada tubuhnya, dia segera berhenti kerja. Dal Hee mengiyakan. Ibu Dal Hee pun melunak dan bahkan memuji bahwa gelar dokter bedah Bong Dal Hee terdengar cool (weleh2… baru nyadar, Bu?). Mereka pun kembali akrab dan kemudian saling berpelukan (so sweet… ;)).


Dr. Ahn memeriksa seorang pasien yang ternyata mengalami spleen rupture (limpa pecah) dan menyuruh Hyun Bin segera menyiapkan ruang operasi dan menghubungi ahli bedah. Hyun Bin menghubungi Jae Bum lalu mendapat informasi bahwa Gun Wook sebentar lagi akan selesai melakukan operasi kepada seorang pasien sehingga bisa menjadi dokter bedah bagi pasien spleen rupture. Dr. Ahn yang mendengar hal tersebut langsung berkata bahwa dirinya sanggup mengoperasi (ga perlu Gun Wook). Hyun Bin dan Min Woo tampak ragu namun dr. Ahn tetap ngotot (ahli jantung mau mengoperasi limpa? Hm…).
Operasi berjalan kurang mulus. Dr. Ahn tampak kesulitan menangani pasien tersebut. Hyun Bin menyarankan agar meminta bantuan Gun Wook saja, tapi dr. Ahn tetep cuek bebek (hidiiih egonya gede banget ni orang, nyawa pasien nih taruhannya…). Sampai akhirnya dr. Ahn menyerah dan mendatangi Gun Wook yang baru selesai operasi. Gun Wook menolak membantu dr. Ahn karena cara dr. Ahn minta tolong buruk (itu minta tolong apa marah2, Bang?). Karena nggak ada pilihan lain, dr. Ahn pun melunakkan suaranya dan meminta tolong dengan sopan pada Gun Wook.


Operasi pun berpindah tangan ke Gun Wook dan berjalan cukup menegangkan (terutama bagi dr. Ahn yg merasa bertanggung jawab). Setelah operasi berhasil, Gun Wook dan dr. Ahn keluar bersama namun dr. Ahn tampak acuh saja pada Gun Wook. Gun Wook bertanya apa dr. Ahn nggak tau cara berterima kasih. Eh… dr. Ahn malah menoleh dengan sinis (ugh amit2 deh ni orang!). Gun Wook pun berkata, “Lupakan, tapi sebagai gantinya periksalah obat barumu…”. Dr. Ahn hanya diam -.-‘
Namun kemudian dr. Ahn duduk di depan komputer dan memeriksa rekam medis pasien-pasien pengguna obat barunya. Setelah menelaah pasien-pasien tersebut, dia tampak terkejut dan menyadari sesuatu yang aneh (aku ga tau apaan, pokoknya ada gambar-gambar gitu deh, ga ngerti tu gambar apa).
Kemudian para dokter hadir dalam konferensi kasus dan tiba-tiba Profesor Lee membahas masalah pasien mesenteric artery infarction dan pasien herniotomy (yang besok udh mau keluar RS tapi detak jantungnya mendadak nggak stabil). Profesor Suh bilang belum mengetahui masalah itu. Prof. Lee bilang itu karena pasien-pasien tersebut ada di departemennya, namun kebetulan juga merupakan pengguna obat baru Prof. Suh. Prof Lee pun menceritakan bahwa pasien2 tersebut nggak punya masalah jantung tapi detak jantungnya nggak stabil, kemungkinan hal itu merupakan efek samping obat baru Prof. Suh. Mereka pun berdebat panjang dan akhirnya berbuntut bahwa kesalahan ada apad Gun Wook yang nggak menyadari adanya thrombus (gumpalan darah) pada pasien (lho…lho…lho… koq malah akhirnya jadi Gun Wook yang salah?).
Setelah selesai konferensi, Gun Wook pun menghampiri dr. Ahn dan berkata bahwa dia nggak punya etika sebab nggak menyampaikan hal ini terlebih dahulu padanya dan malah langsung membuka masalah ini di konferensi. Gun Wook juga berkata agar dr. Ahn jangan mencampuradukkan masalah. Ini bukan masalah pusat kanker, pusat jantung, atau masalah departemen bedah, tapi ini adalah masalah obat baru yang bisa membahayakan di masa depan.
Saat Dal Hee dan teman-temannya berdebat tentang dr. Ahn vs Gun wook di konferensi tadi, tiba2 dia mendapat panggilan darurat. Ternyata pasien yang mengalami ulcer perforation (yg tadi kabur), masuk ke UGD. Dal Hee langsung ingat kepada pasien tersebut lalu segera memesan ruang operasi.
Entah kenapa setelah melihat wajah pasien ulcer perforation di ruang operasi, Dal Hee mendadak terinspirasi untuk mencari tau tentang obat baru dr. Ahn dengan mewawancarai pasien-pasiennya. Dal Hee pun melaporkan hasil investigasinya pada dr. Ahn namun ditanggapi dengan dingin. Dal Hee pun langsung menceramahi dr. Ahn panjang lebar (:D).
Berganti kepada Gun Wook yang menemui Moon Kyung untuk membahas seorang pasien. Tapi kemudian topik berganti menjadi pertanyaan siapa sebenarnya ayah kandung Seung Min. Gun Wook berkata bahwa dia telah ditipu selam tujuh tahun, apakah sekarang masih sulit mengatakan siapa orangnya. Hal itu membuat Moon Kyung tersinggung (ya iyalaaah…) lalu hanya berkata untuk menyelesaikan masalah family register secepatnya. Moon Kyung juga minta Gun Wook secepatnya memindahkan barang-barangnya dari rumah Moon Kyung.
Adegan pun beralih ke kekonyolan Jae Bum menghadapi pasien2 premannya. Kemudian tiba-tiba A Ra berpapasan dengan seorang preman yang kemarin dihindarinya. Rupanya dia adalah kakak A Ra. Si kakak meminta A Ra mencuri morfin untuknya. A Ra menolak namun si kakak mengancam akan memberitahukan kepada orang-orang bahwa dia adalah kakak A Ra.


Kemudian ada seorang pasien yang histeris dan menjerit2 sehingga membuat Dal Hee terpaksa meminta haloperidol (antipsikotik) kepada seorang perawat. Si perawat pun bergegas mengambil haloperidol dalam lemari besi dan kemudian lupa menutupnya (obat-obat psikotropik dan narkotik itu emang nyimpennya dalam lemari besi atau pokoknya yang nggak gampang dibuka dan diangkat). A Ra yang melihat lemari besi penyimpan narkotik dan psikotropik terbuka lebar dan semua orang sedang sibuk pun langsung berpikir untuk mencuri morfin. A Ra mengendap-endap lalu mengambil morfin dan hal itu ternyata disaksikan oleh Jae Bum.
Moon Kyung mengemasi barang-barang milik Gun Wook dan kemudian tiba-tiba teringat akan masa-masa indah mereka berdua. Gun Wook pun yang datang untuk mengambil barangnya di rumah Moon Kyung sempat memandangi rumah Moon Kyung dengan penuh perasaan (lagian… masih sama2 suka pake cerai segala… :p).
Gun Wook yang berjalan galau di lorong rumah sakit berpapasan dengan Dal Hee. Dal Hee memberi salam lalu berjalan melewati Gun Wook namun kemudian langsung ditarik ke pelukan Gun Wook. Dal Hee tampak agak terkejut tapi tetap diam karena menyadari bahwa Gun Wook sedang galau. Tapi kemudian Dal Hee terkejut kembali karena rupanya dr. Ahn dengan tampang datar dari kejauhan menyaksikan mereka berpelukan.


Kemudian keesokan harinya para perawat membicarakan tentang kehilangan morfin. A Ra dan Jae Bum yang mendengar itu langsung terkejut. Lalu tiba-tiba kakak Ara datang dan membentak-bentak A Ra agar segera memberikan morfin kepadanya. Jae Bum yang melihat itu langsung menghadangnya namun kemudian tiba-tiba kakak A Ra muntah darah lalu pingsan. Prof. Lee yang kebetulan lewat dan menyaksikan kejadian tersebut pun langsung memandangi para dokter yang ada di situ. A Ra yang panik dipandangi langsung merogoh sakunya dan membuang morfin ke bawah (aneh ya, kan malah ketauan kalo gitu, mungkin saking paniknya).
Pandangan semua orang pun langsung tertuju pada ampul kecil yang jatuh di bawah kaki A Ra dan Jae Bum (keduanya berdiri bersebelahan). Prof. Lee pun langsung tau bahwa itu morfin dan ingat bahwa kemarin ada laporan bahwa sebuah morfin telah hilang. Dia pun langsung menuduh A Ra pelakunya. Tapi secara mengejutkan tiba-tiba Jae Bum berkata bahwa itu adalah ulahnya. Dia berkata bahwa dirinya lupa memberikannya pada pasien Osteosarcoma (kanker tulang) kemarin. Prof. Lee nggak percaya begitu saja lali menyuruh Ji Hyuk memriksa kebenarannya di catatan medis pasien. Ji Hyuk pun memeriksanya dan ternyata kata-kata Jae Bum benar.
A Ra kemudian pergi meninggalkan Jae Bum dan dokter-dokter lainnya (mungkin karena malu). Jae Bum mengejarnya namun malah kena semprot A Ra karena dianggap ikut campur. Jae Bum pun kesal dan bertanya siapa pria itu (kakak A Ra) tapi A Ra malah pergi meninggalkannya.
Beralih ke dr. Ahn yang serius di depan komputer dan kembali mengamati rekam medis pasien-pasien pengguna obat barunya. Dia tampak menyadari sesuatu namun ragu untuk mengakuinya (karena itu obat Prof. Suh).  Dr. Ahn menemui Prof. Suh untuk menyampaikan hasil pengamatannya namun Prof. Suh meminta agar pasien-pasien yang mengalami efek samping tersebut dikecualikan saja. Prof. Suh memohon pada dr. Ahn sebab penemuan obat ini telah mengorbankan sepanjang hidupnya. Dr. Ahn pun dilema.


Selanjutnya kayak ada acara pengumuman obat baru gitu sepertinya (koq pake banyak kiriman bunga segala ya?). dr. Ahn menjadi orang yang akan mengumumkan peluncuran obat baru tersebut. Dia menghela nafas sebelum akhirnya berdiri dan berjalan ke atas panggung (masih ragu mau bertindak apa). Dr. Ahn pun berdiri di atas panggung dan mulai bicara. Prof. Suh harap-harap cemas menanti apa yang akn dikatakan anak buahnya itu. Dr. Ahn memperkenalkan diri sejenak lalu diam dan kemudian menghela nafas kembali sebelum bicara dan…… TO BE CONTINUED :D

Rabu, 12 Oktober 2011

I'm Back! ^.^

Hmmm.... setelah beberapa bulan vakum karena harus fokus ke hal lain, sekarang mumpung lagi free aq mau nerusin sinopsisnya SBDH.
Episode 7 udah siap posting, tapi sebelumnya aq mau ngasih tau sesuatu nih. Aq nemuin behind the scenenya SBDH tapi sayang ga ada subtitlenya n aq buta bahasa korea T.T
Ada nggak yang bisa bahasa korea? kalo ada ntar qkasih link download videonya trus tolong terjemanin...
Tapi kalo ampe sinopsis episode 18 muncul dan belum ada yang bisa nerjemahin, ya terpaksa qkasih link downloadnya dan silakan menonton dengan bahasa planetnya :p


Qtunggu ya... :)