Jumat, 14 Oktober 2011

Surgeon Bong Dal Hee Episode 7


 Episode 7 ini diawali dengan suasana ruang emergency yang sangat sibuk. Dal Hee ada di situ menangani seorang pasien yang sedang kesakitan. Saat Dal Hee sedang memeriksanya, si pasien langsung meminta obat Demerol (penghilang nyeri). Dal Hee menolak dan meminta pasien menunggu sebentar untuk diperiksa terlebih dahulu. Tapi, karena si pasien terus mengerang kesakitan, Dal Hee pun langsung meminta Demerol. A Ra yang melihatnya langung mencegah dan bilang bahwa si pasien ketergantungan obat, seberapapun sakitnya pasien harus diperiksa dulu sakitnya karena apa.
Dal Hee mengamati rekam medis pasien dan melihat bahwa pasien benar-benar ketergantungan obat. Dia memuji ketepatan A Ra tapi A Ra bilang bahwa itu bukan hal sulit, pasien yang langsung menyebut nama obatnya itu mengindikasikan dia ketergantungan. Kemudian tiba-tiba segerombolan pria berawajah sangar datang dan bertanya (sambil bentak-bentak) apakah ada dokter (ya ada laaah… masa di rumah sakit ga ada dokter). Dal Hee, A Ra, Jae Bum saling berpandangan. Jae Bum yang disuruh maju sama A Ra langsung balik membentak sekawanan sangar itu. Semua terdiam. Jae Bum menghampiri kawanan itu dengan tampang sangar, tapi ketika tepat di hadapan mereka, Jae Bum langsung keok :p. Jae Bum bahkan dengan sopan mempersilakan kawanan itu untuk ke ruang periksa.
Kemudian hasil check up pasien Dal Hee yang kesakitan tadi (Kim Chang Hoo) pun datang. Setelah Dal Hee melihat hasil rontgen, ternyata pasien menderita ulcer perforation (dinding perutnya berlubang). Dal Hee langsung meminta tolong pada A Ra untuk menyiapkan ruang operasi sementara dia berlari menuju pasiennya. Tapi ternyata pasiennya telah pergi dan Dal Hee pun mengejarnya sampai ke luar RS namun si pasien telah lenyap.
Adegan beralih ke pertemuan dua ‘geng’ di rumah sakit (geng bedah dan geng bedah dada). Mereka berpapasan di jalan dan kemudian saling menyapa. Geng bedah menanyakan bagaimana kabar obat antihipertensi milik geng bedah dada. Geng bedah dada menjawab dengan bangga bahwa obatnya memuaskan. Saat itu, Gun Wook yang ada di geng bedah malah memandangi dokter Ahn di geng bedah sambil membayangkan ucapan Moon Kyung bahwa ayah Seung Min adalah orang yang Gun Wook kenal. Kemudian saat geng bubar, Dal Hee mendapat panggilan darurat.


Ternyata seorang pasien datang dengan keluhan nyeri pada perutnya. Pasien itu mengenali Dal Hee yang kemudian membuat Dal Hee ingat bahwa ini adalah pasien yang mendapat obat uji antihipertensi dari dokter Ahn cs.
Gun Wook memeriksa pasien tersebut lalu mendiagnosa bahwa pasien terkena mesenteric artery infarction dan harus segera dioperasi. Sepemahamanku itu kondisi di mana usus membusuk karena pembuluh arteri di bagian penghubung antar usus tersumbat.
Di ruang sterilisasi sebelum operasi, Gun Wook bertanya pada Ji Hyuk dan Dal Hee mengenai kemungkinan penyebab si pasien terkena mesenteric artery infarction. Rupanya si pasien merupakan salah satu pengguna obat baru dr Ahn cs yang diresepkan oleh Dal Hee.
Setelah operasi si pasien yang berakhir tanpa kendala berarti, Gun Wook menanyakan kondisi Dal Hee (setelah kemaren pingsan). Dal Hee pun menjawab dengan ogah-ogahan bahwa dirinya mencari tau bahwa pasien usus buntu yang kemaren bikin repot ternyata mengidap porphyria. Gun Wook lalu mengingatkan Dal Hee agar menjaga kesehatannya. Dia juga bilang kalo tubuh Dal Hee terlalu ringan (sempet-sempetnya nimbang ya pas gendong Dal Hee? :p).
Kemudian tiba-tiba ada panggilan darurat kepada CPR team hari itu (Dal Hee, Gun Wook, A Ra, Jae Bum, dan Ji Hyuk) ke kamar no. 114.  A Ra berlarian menuju kamar 114 namun mendadak terhenti di depan kamar begitu mendengar suara seseorang di kamar itu. A Ra mengenali orang tersebut lalu mundur perlahan. A Ra sepertinya takut dengan orang itu. Dia pun pergi dari kamar itu karena di dalam kamar sudah ada Jae Bum yang menangani pasien CPR.
Dal Hee dan Gun Wook tiba di kamar 114 lalu langsung membantu Jae Bum menangani pasien. Beberapa saat kemudian Ji Hyuk datang lalu langsung dimarahi oleh Gun Wook. Dia bertanya bagaimana Ji Hyuk merawat pasiennya koq bisa sampai dilakukan CPR di kamar. Ji Hyuk berkata bahwa pasien tersebut bahkan akan keluar dari rumah sakit besok.
Akhirnya si pasien dipijat jantungnya sambil dibawa ke ICU (adegannya kayak waktu Seung Min dibawa ke ruang operasi). Sesampainya di ICU, CPR pun dilanjutkan dan pasien berhasil selamat. Gun Wook bertanya pada Ji Hyuk bagaimana mungkin pasien yang akan pulang besok memiliki irama jantung yang nggak stabil. Ji Hyuk menjawab tidak tau sebab si pasien hanya punya riwayat hipertensi, bukan ketidakstabilan irama jantung bahkan gejalanya pun tidak. Gun Wook pun meminta Dal Hee melihat ke rekam medis pasien.
Ternyata berdasarkan rekam medis, pasien tersebut merupakan salah satu pengguna obat baru dr. Ahn.  Tidak ada masalah pada rekam medisnya sehingga Ji Hyuk berpendapat bahwa kemungkinan ada yang nggak beres pada obat baru dr. Ahn. Gun Wook pun menyuruh Dal Hee membuka rekam medis semua pasien mesenteric artery infarction untuk mencari tau.
Beralih kepada A Ra yang termenung di ruangannya. Jae Bum datang lalu bertanya sambil marah kemana A Ra pergi dan kenapa nggak datang ke pasien CPR tadi. A Raa malah balik bertanya apa yang terjadi pada pasien tersebut. Jae Bum bilang tentu pasien itu masuk ICU. A Ra pun bergegas menuju ICU untuk melihat pasien tersebut. Jae Bum hanya bisa memandanginya.


Profesor Lee menemui Gun Wook lalu membahas masalah Seung Min yang belum juga dicoret dari daftar keluarga Lee. Profesor Lee bahkan menyebut Gun Wook bodoh karena bisa tertipu selama tujuh tahun. Dia juga mengatakan agar Moon Kyung nggak muncul lagi dihadapannya. Kemudian tak lupa sang Profesor meminta Gun Wook menyelesaikan thesisnya agar bisa menyaingi dr. Ahn cs (bawel juga ya ni om…). Rupanya dari tadi Moon Kyung dan dr. Ahn mendengarkan pembicaraan Gun Wook dan Profesor Lee. Hal itu membuat Moon Kyung jadi kehilangan mood untuk  membicarakan masalah pekerjaan dengan dr. Ahn.
Gun Wook mengetuk ruangan dr. Ahn dan yang punya ruangan malah datang dari luar dan bertanya ada urusan apa. Gun Wook pun masuk dan langsung membahas soal ketidakberesan obat baru dr. Ahn cs (sebenernya itu obat punya Profesor Suh, tapi kayaknya yang paling banyak ngurusin si dr. Ahn ya…?). Setelah berbicara panjang lebar mengenai keganjilan obat tersebut, tanggapan dr. Ahn cuma singkat, padat, dan jelas: “So?”. Gun Wook jengkel lalu berkata, “Kamu nggak ngerti atau pura-pura nggak ngerti?”. Dia juga minta agar dr. Ahn memeriksanya kembali. dr. Ahn tetap tampak cuek dan kemudian menjawab: “Baiklah. Sekarang keluar”. Gun Wook merasa menyesal memberi tau dr. Ahn tentang hal ini secara baik-baik, padahal dia bisa aja langsung mempublikasikan isu ini di rumah sakit dan kemudian menghancurkan prospek obat tersebut. Ternyata dr. Ahn tetap saja cuek dan bahkan semakin menjengkelkan (ugh!). Gun Wook pun keluar dari ruangan dr. Ahn dengan jengkel luar biasa.
Dal Hee merawat luka operasi pasien mesenteric artery infarction-nya sambil bertanya mengenai obat yang diberikannya (obat baru dr. Ahn). Si pasien menjawab bahwa setiap minum obat, dia ingat akan Dal Hee lalu langsung meminum semuanya (kalimatnya ambigu nih ya… bisa berarti obatnya ditenggak sekaligus semuanya tuh… malah bahaya kan… :p). Dal Hee bertanya apa yang pasien tersebut rasakan setelah meminum obatnya. Si pasien menjawab bahwa dia merasa kesulitan bernafas setelah minum obat tapi tekanan di leher belakangnya langsung hilang.
Dal Hee keluar dari kamar pasien lalu melihat ibunya berdiri di lorong rumah sakit dan dengan ceria (kayak anak kecil) berlari menuju ibunya. Tapi rupanya si ibu masih agak jengkel dengan anaknya. Dia pun menceramahi anaknya habis-habisan. “Ibu tak butuh seorang dokter, anak perempuan paling cantik menurutku adalah yang sehat dan berumur panjang”. Ibu Dal Hee pun meminta putrinya janji apabila meraakan ketidakberesan pada tubuhnya, dia segera berhenti kerja. Dal Hee mengiyakan. Ibu Dal Hee pun melunak dan bahkan memuji bahwa gelar dokter bedah Bong Dal Hee terdengar cool (weleh2… baru nyadar, Bu?). Mereka pun kembali akrab dan kemudian saling berpelukan (so sweet… ;)).


Dr. Ahn memeriksa seorang pasien yang ternyata mengalami spleen rupture (limpa pecah) dan menyuruh Hyun Bin segera menyiapkan ruang operasi dan menghubungi ahli bedah. Hyun Bin menghubungi Jae Bum lalu mendapat informasi bahwa Gun Wook sebentar lagi akan selesai melakukan operasi kepada seorang pasien sehingga bisa menjadi dokter bedah bagi pasien spleen rupture. Dr. Ahn yang mendengar hal tersebut langsung berkata bahwa dirinya sanggup mengoperasi (ga perlu Gun Wook). Hyun Bin dan Min Woo tampak ragu namun dr. Ahn tetap ngotot (ahli jantung mau mengoperasi limpa? Hm…).
Operasi berjalan kurang mulus. Dr. Ahn tampak kesulitan menangani pasien tersebut. Hyun Bin menyarankan agar meminta bantuan Gun Wook saja, tapi dr. Ahn tetep cuek bebek (hidiiih egonya gede banget ni orang, nyawa pasien nih taruhannya…). Sampai akhirnya dr. Ahn menyerah dan mendatangi Gun Wook yang baru selesai operasi. Gun Wook menolak membantu dr. Ahn karena cara dr. Ahn minta tolong buruk (itu minta tolong apa marah2, Bang?). Karena nggak ada pilihan lain, dr. Ahn pun melunakkan suaranya dan meminta tolong dengan sopan pada Gun Wook.


Operasi pun berpindah tangan ke Gun Wook dan berjalan cukup menegangkan (terutama bagi dr. Ahn yg merasa bertanggung jawab). Setelah operasi berhasil, Gun Wook dan dr. Ahn keluar bersama namun dr. Ahn tampak acuh saja pada Gun Wook. Gun Wook bertanya apa dr. Ahn nggak tau cara berterima kasih. Eh… dr. Ahn malah menoleh dengan sinis (ugh amit2 deh ni orang!). Gun Wook pun berkata, “Lupakan, tapi sebagai gantinya periksalah obat barumu…”. Dr. Ahn hanya diam -.-‘
Namun kemudian dr. Ahn duduk di depan komputer dan memeriksa rekam medis pasien-pasien pengguna obat barunya. Setelah menelaah pasien-pasien tersebut, dia tampak terkejut dan menyadari sesuatu yang aneh (aku ga tau apaan, pokoknya ada gambar-gambar gitu deh, ga ngerti tu gambar apa).
Kemudian para dokter hadir dalam konferensi kasus dan tiba-tiba Profesor Lee membahas masalah pasien mesenteric artery infarction dan pasien herniotomy (yang besok udh mau keluar RS tapi detak jantungnya mendadak nggak stabil). Profesor Suh bilang belum mengetahui masalah itu. Prof. Lee bilang itu karena pasien-pasien tersebut ada di departemennya, namun kebetulan juga merupakan pengguna obat baru Prof. Suh. Prof Lee pun menceritakan bahwa pasien2 tersebut nggak punya masalah jantung tapi detak jantungnya nggak stabil, kemungkinan hal itu merupakan efek samping obat baru Prof. Suh. Mereka pun berdebat panjang dan akhirnya berbuntut bahwa kesalahan ada apad Gun Wook yang nggak menyadari adanya thrombus (gumpalan darah) pada pasien (lho…lho…lho… koq malah akhirnya jadi Gun Wook yang salah?).
Setelah selesai konferensi, Gun Wook pun menghampiri dr. Ahn dan berkata bahwa dia nggak punya etika sebab nggak menyampaikan hal ini terlebih dahulu padanya dan malah langsung membuka masalah ini di konferensi. Gun Wook juga berkata agar dr. Ahn jangan mencampuradukkan masalah. Ini bukan masalah pusat kanker, pusat jantung, atau masalah departemen bedah, tapi ini adalah masalah obat baru yang bisa membahayakan di masa depan.
Saat Dal Hee dan teman-temannya berdebat tentang dr. Ahn vs Gun wook di konferensi tadi, tiba2 dia mendapat panggilan darurat. Ternyata pasien yang mengalami ulcer perforation (yg tadi kabur), masuk ke UGD. Dal Hee langsung ingat kepada pasien tersebut lalu segera memesan ruang operasi.
Entah kenapa setelah melihat wajah pasien ulcer perforation di ruang operasi, Dal Hee mendadak terinspirasi untuk mencari tau tentang obat baru dr. Ahn dengan mewawancarai pasien-pasiennya. Dal Hee pun melaporkan hasil investigasinya pada dr. Ahn namun ditanggapi dengan dingin. Dal Hee pun langsung menceramahi dr. Ahn panjang lebar (:D).
Berganti kepada Gun Wook yang menemui Moon Kyung untuk membahas seorang pasien. Tapi kemudian topik berganti menjadi pertanyaan siapa sebenarnya ayah kandung Seung Min. Gun Wook berkata bahwa dia telah ditipu selam tujuh tahun, apakah sekarang masih sulit mengatakan siapa orangnya. Hal itu membuat Moon Kyung tersinggung (ya iyalaaah…) lalu hanya berkata untuk menyelesaikan masalah family register secepatnya. Moon Kyung juga minta Gun Wook secepatnya memindahkan barang-barangnya dari rumah Moon Kyung.
Adegan pun beralih ke kekonyolan Jae Bum menghadapi pasien2 premannya. Kemudian tiba-tiba A Ra berpapasan dengan seorang preman yang kemarin dihindarinya. Rupanya dia adalah kakak A Ra. Si kakak meminta A Ra mencuri morfin untuknya. A Ra menolak namun si kakak mengancam akan memberitahukan kepada orang-orang bahwa dia adalah kakak A Ra.


Kemudian ada seorang pasien yang histeris dan menjerit2 sehingga membuat Dal Hee terpaksa meminta haloperidol (antipsikotik) kepada seorang perawat. Si perawat pun bergegas mengambil haloperidol dalam lemari besi dan kemudian lupa menutupnya (obat-obat psikotropik dan narkotik itu emang nyimpennya dalam lemari besi atau pokoknya yang nggak gampang dibuka dan diangkat). A Ra yang melihat lemari besi penyimpan narkotik dan psikotropik terbuka lebar dan semua orang sedang sibuk pun langsung berpikir untuk mencuri morfin. A Ra mengendap-endap lalu mengambil morfin dan hal itu ternyata disaksikan oleh Jae Bum.
Moon Kyung mengemasi barang-barang milik Gun Wook dan kemudian tiba-tiba teringat akan masa-masa indah mereka berdua. Gun Wook pun yang datang untuk mengambil barangnya di rumah Moon Kyung sempat memandangi rumah Moon Kyung dengan penuh perasaan (lagian… masih sama2 suka pake cerai segala… :p).
Gun Wook yang berjalan galau di lorong rumah sakit berpapasan dengan Dal Hee. Dal Hee memberi salam lalu berjalan melewati Gun Wook namun kemudian langsung ditarik ke pelukan Gun Wook. Dal Hee tampak agak terkejut tapi tetap diam karena menyadari bahwa Gun Wook sedang galau. Tapi kemudian Dal Hee terkejut kembali karena rupanya dr. Ahn dengan tampang datar dari kejauhan menyaksikan mereka berpelukan.


Kemudian keesokan harinya para perawat membicarakan tentang kehilangan morfin. A Ra dan Jae Bum yang mendengar itu langsung terkejut. Lalu tiba-tiba kakak Ara datang dan membentak-bentak A Ra agar segera memberikan morfin kepadanya. Jae Bum yang melihat itu langsung menghadangnya namun kemudian tiba-tiba kakak A Ra muntah darah lalu pingsan. Prof. Lee yang kebetulan lewat dan menyaksikan kejadian tersebut pun langsung memandangi para dokter yang ada di situ. A Ra yang panik dipandangi langsung merogoh sakunya dan membuang morfin ke bawah (aneh ya, kan malah ketauan kalo gitu, mungkin saking paniknya).
Pandangan semua orang pun langsung tertuju pada ampul kecil yang jatuh di bawah kaki A Ra dan Jae Bum (keduanya berdiri bersebelahan). Prof. Lee pun langsung tau bahwa itu morfin dan ingat bahwa kemarin ada laporan bahwa sebuah morfin telah hilang. Dia pun langsung menuduh A Ra pelakunya. Tapi secara mengejutkan tiba-tiba Jae Bum berkata bahwa itu adalah ulahnya. Dia berkata bahwa dirinya lupa memberikannya pada pasien Osteosarcoma (kanker tulang) kemarin. Prof. Lee nggak percaya begitu saja lali menyuruh Ji Hyuk memriksa kebenarannya di catatan medis pasien. Ji Hyuk pun memeriksanya dan ternyata kata-kata Jae Bum benar.
A Ra kemudian pergi meninggalkan Jae Bum dan dokter-dokter lainnya (mungkin karena malu). Jae Bum mengejarnya namun malah kena semprot A Ra karena dianggap ikut campur. Jae Bum pun kesal dan bertanya siapa pria itu (kakak A Ra) tapi A Ra malah pergi meninggalkannya.
Beralih ke dr. Ahn yang serius di depan komputer dan kembali mengamati rekam medis pasien-pasien pengguna obat barunya. Dia tampak menyadari sesuatu namun ragu untuk mengakuinya (karena itu obat Prof. Suh).  Dr. Ahn menemui Prof. Suh untuk menyampaikan hasil pengamatannya namun Prof. Suh meminta agar pasien-pasien yang mengalami efek samping tersebut dikecualikan saja. Prof. Suh memohon pada dr. Ahn sebab penemuan obat ini telah mengorbankan sepanjang hidupnya. Dr. Ahn pun dilema.


Selanjutnya kayak ada acara pengumuman obat baru gitu sepertinya (koq pake banyak kiriman bunga segala ya?). dr. Ahn menjadi orang yang akan mengumumkan peluncuran obat baru tersebut. Dia menghela nafas sebelum akhirnya berdiri dan berjalan ke atas panggung (masih ragu mau bertindak apa). Dr. Ahn pun berdiri di atas panggung dan mulai bicara. Prof. Suh harap-harap cemas menanti apa yang akn dikatakan anak buahnya itu. Dr. Ahn memperkenalkan diri sejenak lalu diam dan kemudian menghela nafas kembali sebelum bicara dan…… TO BE CONTINUED :D

2 komentar:

Anonim mengatakan...

akhirnya nongol juga..., semngat yaa nulisnya.., (^^Tika)

Ophiel mengatakan...

Iyaaa... makasih, Tikaaaa... :)

Posting Komentar