Dr. Ahn memulai pengumumannya tentang obat baru. Dia menyebutkan keunggulan-keunggulan obat tersebut yang kemudian segera disambut tepukan tangan hadirin yang ada. Prof. Suh pun langsung tampak bangga. Namun selanjutnya dr. Ahn langsung mengupas kekurangan obat baru termasuk efek sampingnya berupa masalah debaran jantung dan pernafasan. Dr. Ahn menyimpulkan bahwa ada yang tidak beres dengan obat baru sehingga belum bisa dirilis dan perlu dilakukan tes lebih lanjut. Prof. Suh terlihat syok dengan hal itu (ya iyalaaah… rencananya hari itu bakal rilis koq tiba2 ditunda).
Para hadirin pun langsung bertepuk tangan mendengar pengumuman dr. Ahn (kecuali Prof. Suh dan semua dokter dari bagian bedah dada). Prof. Suh langsung kikuk dan memandang ke arah hadirin. Rupanya Dal Hee ikut bertepuk tangan dan itu membuat Min Woo langsung memberi tanda pada Dal Hee untuk berhenti.
Prof. Suh pun kesal dan langsung pergi dari ruang konferensi. Kemudian ketika dr. Ahn menemui Prof. Suh di ruangannya, dia langsung dimarahi habis-habisan oleh Prof. Suh. (dilempar odner segala). Dr. Ahn hanya diam saja dan pasrah.
Sedangkan konferensi dilanjutkan dan sekarang giliran bagian bedah yang berbicara (diwakili oleh Gun Wook). Tampaknya riset bagian bedah sukses dan disambut tepuk tangan meriah hadirin (Dal Hee ikut tepuk tangan lagi :p). Karena kesuksesan tersebut, bagian bedah pun mengadakan acara minum bersama.
Prof. Lee dengan riang membicarakan ‘kegagalan’ Prof. Suh. Gun Wook hanya diam mendengarkan sambil terngiang kata-kata Prof. Suh padanya. Prof. Suh bertanya apa Gun Wook ingat dengan anak laki-laki yang dulu pernah tinggal di rumah pamannya (Prof. Lee). Tapi kemudian perhatian Gun Wook beralih pada Dal Hee dan teman-temannya. Rupanya Dal Hee sedang pamitan bahwa mulai besok akan pindah ke bagian bedah dada (Dal Hee ini emang ambil spesialis bedah dada, tapi sebelum ke bagian bedah dada dia praktek dulu di bagian bedah). Kemudian tiba-tiba Dal Hee dapat panggilan darurat sehingga harus kembali ke RS.
Gun Wook yang tau bahwa Dal Hee mendapat panggilan darurat langsung mengikutinya keluar lalu mengajak Dal Hee bareng ke RS. Dal Hee tentu saja mau dan senyam-senyum nerima ajakan Gun Wook :>. Sesampainya di RS, Dal Hee dan Gun Wook ngobrol sebentar di mobil (bukannya dapet panggilan darurat ya?). Kemudian saat Dal Hee hendak turun dari mobil ternyata pintunya rusak sehingga harus dibuka dari luar, jadinya seolah Dal Hee dibukain pintu ma Gun Wook (bikin GR aja niiih :p). Dal Hee jadi tambah GR ketika ternyata Gun Wook nggak ada keperluan di RS (jadi dia cuma nganterin Dal Hee doang ke RS). Akibatnya Dal Hee pun langsung ‘nembak’ Gun Wook ^.^
Tanpa berpikir panjang, Gun Wook langsung menolak Dal Hee dengan alasan dia nggak kencan dengan sesama dokter. Dal Hee menganggap hal itu aneh dan kemudian meninggalkan Gun Wook dengan kesal.
Beralih ke dr. Ahn yang mengemasi barang-barangnya untuk meninggalkan RS (sementara). Saat keluar dari ruangannya dan bersiap untuk pergi, dia bertemu dengan Gun Wook. Keduanya hanya saling pandang sambil terus berjalan berlawanan arah.
Keesokan harinya Dal Hee memperkenalkan diri pada dokter-dokter bagian bedah dada. Prof. Suh yang menyadari bahwa Dal Hee yang kemarin tepuk tangan saat dr. Ahn mengumumkan masalah obat baru, langsung mengirim Dal Hee tugas di daerah pinggiran (sementara juga).
Dal Hee protes pada Hyun Bin atas pengirimannya ke pinggiran. Tapi Hyun Bin menghibur Dal Hee dengan mengatakan bahwa ini hanya dua minggu dan di sana juga ada dr. Ahn yang sudah berangkat sejak tadi malam.
Ternyata di rumah sakit pinggiran itu pemandangan dan udaranya sangat bagus. Liat deh gambar di bawah. Di Indonesia mana ada RS kayak gini? Pasien bisa cepet sembuh tuh kalo RSnya seenak itu (atau malah betah berlama-lama di RS ya? :p).
Saat makan siang, Dal Hee langsung menghampiri dr. Ahn yang sedang makan sendirian. Dengan riang dia memperkenalkan diri dan berkata bahwa mulai hari ini akan ada di bagian bedah dada. Dal Hee juga berkata bahwa dia ada di RS ini karena kemarin ikut tepuk tangan (saat pengumuman obat baru). Dal Hee juga bilang dia senang karena ternyata dr. Ahn juga ada di RS ini. Tapi dr. Ahn hanya diam saja (teteeep…). Dal Hee pun langsung duduk di depan dr. Ahn dan disambut dengan tatapan tajam seniornya itu. Dal Hee cuma cengar-cengir :p. dr. Ahn pun mulai melancarkan serangannya dengan berkata kenapa Dal Hee pindah (ke bagian bedah dada) ketika akan berkencan dengan seseorang di RS(Gun Wook). Dal Hee pun langsung berargumen bahwa dokter juga manusia yang boleh berkencan. Dr. Ahn berkata agar Dal Hee memikirkan perasaan Seung Min (emg kenapa dgn Seung Min? Toh ortunya jg udah cerai).
Beralih pada seorang pasien yang ada di RS karena tiba-tiba mengalami nyeri dada ketika menyetir. Dr. Ahn pun menyuruh Dal Hee melakukan CT scan dan tes lab pada pasien tersebut. Saat Dal Hee hendak mengambil darah, si pasien berkata agar Dal Hee hati-hati karena dia merupakan penderita AIDS. Dal Hee tampak terkejut dan mengambil darah si pasien dengan amat sangat ekstra hati-hati.
Dal Hee melaporkan hasil CT scan si pasien pada dr. Ahn. Ternyata pasien menderita aortic aneurysm (pembengkakan pembuluh nadi). Dr. Ahn langsung meminta dilakukan operasi secepatnya lalu pergi. Dal Hee pun mengejar dr. Ahn lalu berkata bahwa pasien menderita AIDS.
Langsung saja para dokter merapatkan hal ini. Dr. Ahn bersikukuh si pasien harus dioperasi di RS ini karena nggak punya cukup waktu apabila dibawa ke RS lain yg lebih besar. Sementara dokter lain yang lebih senior (dokter kepala mungkin ya), berkeras menolak pasien tersebut dioperasi di RS ini dengan berbagai dalih. Sampai akhirnya dr. Ahn memutuskan bahwa dia yang akan mengoperasi pasien tersebut dan bertanya siapa saja yang bersedia membantunya. Semua dokter diam membisu. Dal Hee sejenak tampak ragu namun kemudian mengangkat tangannya pertanda bersedia membantu dr. Ahn. Diikuti dengan suster Ko yang juga mengangkat tangannya. Kemudian karena masih butuh satu dokter lagi dan semua hanya diam, tanpa berlama-lama dr. Ahn langsung menunjuk dr. Jung untuk membantunya (dari tadi kek langsung tunjuk biar cepet). Dokter itu tampak keberatan membantu namun akhirnya mau (dengan terpaksa).
Akhirnya operasi pun dilakukan. Namun di tengah-tengah operasi tiba-tiba darah pasien (padahal punya AIDS) muncrat ke mana-mana (ga tau juga kenapa). Semuanya panik dengan darah yang mengenai muka, baju, dan beberapa peralatan operasi. Dal Hee, dr. Ahn, dan suster Ko masih tetap menangani pasien namun dr. Jung langsung menyingkir (huuuh… ga gentle). Belum lagi ditambah kondisi pasien yang langsung drop dan membuat semuanya tambah panik. Tapi bukan dr. Ahn namanya kalo operasinya nggak berhasil :p.
Kemudian tiba saatnya menutup luka operasi pasien. Dr. Ahn meminta jarum pada suster Ko dan mulai menjahit luka pasien. Daaan… tiba-tiba dr. Ahn tertusuk jarum jahitnya… (Woooaaaa….). semua langsung terkejut dan terdiam. Dr. Ahn langsung mencuci tangannya kemudian melanjutkan kembali operasi.
Selesai operasi, dr. Ahn langsung mengambil darahnya untuk diperiksa. Dal Hee yang melihat dr. Ahn hendak mengambilmdarahnya sendiri langsung turun tangan membantu. Dal Hee pun berusaha membesarkan hati dr. Ahn dengan mengatakan agar dr. Ahn jangan khawatir karena kemungkinan tertular AIDS melalui tusukan jarum (yang ga sengaja kyk gitu) hanya 0,4%. Dr. Ahn tetep tampak tenang dan dengan santai berkata bahwa dirinya nggak khawatir karena kemungkinannya hanya 0,3%. Dal Hee pun cepat-cepat membawa darah dr. Ahn ke lab untuk diperiksa.
Kemudian Jae Bum, A Ra, dan Min Woo membicarakan pengiriman Dal Hee ke RS pinggiran hanya gara-gara ‘tepukan tangan’. Gun Wook datang dan kemudian tanpa sengaja mendengar hal tersebut. Dia berhenti sejenak lalu kemudian langsung bertanya pada Jae Bum mengenai pasien Familial Adenomatous Polyposis (FAP). Ternyata si pasien punya anak laki-laki berumur 15 tahun. FAP tuh banyak polip di usus yang kalo ga ditangani bisa jadi kanker dan parahnya ni kondisi peluangnya 100% menurun pada anaknya. Gun Wook dan Jae Bum pun mengunjungi si pasien dan menjelaskan hal tersebut. Namun si pasien dengan tenang mengatakan bahwa si anak bukan anak kandungnya (itu anak tirinya). Si pasien bahkan berkata bahwa ini adalah berkah karena si anak bukan darah dagingnya. Gun Wook yang mendengar hal tersebut langsung terdiam. Setelah itu Gun Wook terus merenung dan memperhatikan Seung Min yang sedang asyik bermain bersama ibunya.
Di tempat lain A Ra sedang dimarahi habis-habisan sama kakaknya karena nggak pernah mengunjunginya padahal habis operasi. A Ra hanya diam memandangi kakaknya dengan tajam. Kakak A Ra lalu meminta morfin pada A Ra yang langsung ditolak oleh adiknya itu karena bahkan dokter sekalipun sulit mendapatkan morfin. A Ra langsung ditampar oleh kakaknya dan diberi waktu sampai lusa untuk mendapatkan morfin. A Ra tetap diam saja menahan marah.
Malam harinya, A Ra mengendap-endap masuk ke kamar rawat kakaknya sementara sang kakak sedang tidur pulas. A Ra memandangi kakaknya dengan penuh emosi lalu mengalihkan pandangan ke infus. Sambil menangis dia merubah kecepatan tetesan infus yang semula 8 mL/jam menjadi 98mL/jam.
Btw, ati2 lho ya ama kecepatan tetesan infus. Soalnya tiap obat dan kondisi ada itungannya sendiri berapa kecepatan yang diperlukan. Cepat lambat tetesan itu bisa mempengaruhi kadar obat dalam darah pasien. So, jangan sembarangan ngerubah kecepatan tetesan infus.
Hanya beberapa detik setelah merubah kecepatan infus kakaknya, A Ra berubah pikiran. Entah apa yang ada di kepalanya tapi dia langsung merubah kembali kecepatan tetesan infus kakaknya menjadi 8 mL/jam lalu bergegas keluar dari kamar rawat kakaknya. Namun rupanya Jae Bum dari tadi ada di dekat pintu dan mengawasi A Ra yang terkejut dengan keberadaannya. A Ra berlalu lalu Jae Bum mengejarnya dan bertanya siapa pria itu. A Ra menolak menjawab dan berkata apa Jae Bum tertarik padanya. Belum sempat Jae Bum menjawab, A Ra melanjutkan kata-katanya bahwa sayangnya dia tak tertarik pada pria yang jelek dan pendek (Jae Bum maksudnya). Jae Bum pun langsung tertohok dan minta maaf bahwa dirinya jelek dan pendek (ngapain minta maaf?! Kamu nggak salaaaah) kemudian pergi. A Ra terlihat menyesal mengatakan itu pada Jae Bum namun dia hanya bisa diam.
Dal Hee duduk sambil mengingat penolakan Gun Wook padanya. Dia menggerutu mengapa Gun Wook memeluknya tanpa alasan jika nggak mau kencan dengannya. Dal Hee berkata bahwa cinta baginya adalah penyakit yang nggak pernah sembuh. Dia juga berkata akankah datang hari dimana cinta menyelamatkannya (datang koq, Dal Hee… tenang aja…).
Keesokan harinya hasil tes darah dr. Ahn telah keluar dan ternyata… positif. Dal Hee langsung terkejut dan berargumen dengan sang analis mengenai kemungkinan hasil tes tersebut salah. Namun dr. Ahn tetap diam membisu lalu tiba-tiba pergi begitu saja. Dal Hee mengejarnya lalu mengutarakan argumen-argumennya dan itu membuat dr. Ahn marah dan menyuruhnya diam. Dal Hee pun diam dan dr. Ahn terlihat sangat cemas. Kemudian panggilan darurat memaksa mereka segera pergi.
Panggilan darurat berasal dari seorang pasien yang ternyata harus dioperasi secepatnya. Dr. Ahn meminta penyiapan ruang operasi namun dokter senior (yang sebelumnya menolak pasien AIDS dioperasi di RS ini) datang dan menyuruh dr. Ahn tidak melakukan operasi sampai hasil tes darah kedua menunjukkan hasil negatif. Dr. Ahn setuju lalu pergi dengan kesal namun tak tau harus marah pada siapa. Dia hanya bisa berdiri sambil memandangi laut.
Saat makan siang di kantin, semua dokter tampak menjauhi dr. Ahn. Tak ada yang mau duduk satu meja dengannya. Dal Hee yang melihat itu langsung duduk satu meja dengan dr. Ahn dan bahkan minum dari gelas bekas dr. Ahn. Hal ini dilakukan Dal Hee semata-mata karena dia yakin bahwa nggak mungkin dr. Ahn positif AIDS hanya dari tertusuk jarum. Namun dr. Ahn malah terlihat kesal karena merasa dikasihani oleh Dal Hee.
Dal Hee mendapat panggilan darurat dari seorang pasien yang mendadak kesulitan bernafas. Saat Dal Hee hendak memeriksanya, tiba-tiba si pasien batuk darah. Dal Hee panik dan kemudian memanggil dr. Ahn yang langsung datang. Dr. Ahn langsung meminta penyiapan ruang operasi karena si pasien harus dioperasi secepatnya. Dal Hee bertanya siapa yang akan melakukan operasi karena RS tersebut nggak punya ahli bedah dada. Karena sangat darurat, dr. Ahn menyuruh Dal Hee yang melakukan operasi dibawah pengawasan dan intruksinya. Dal Hee kaget dan dr. Ahn hanya berkata bahwa ini mirip dengan operasi usus buntu saja.
Dal Hee tampak gugup di awal operasi bahkan sampai menjatuhkan pisau bedah. Dr. Ahn yang memberikan instruksi dari jauh menyuruhnya tenang dan melanjutkan operasi. Darah pasien yang begitu banyak membuat Dal Hee kesulitan melakukan operasi dan itu membuatnya panik. Kemudian tiba-tiba detak jantung pasien menurun dan itu membuat Dal Hee tambah panik. Dia tampak shock lalu terdiam. Dr. Ahn yang melihat Dal Hee shock langsung berusaha menguatkannya.
Salah satu kalimat yg kusuka saat adegan ini adalah “You’re ignorant but you’re not a coward”-kau bodoh tapi bukan bukan pengecut. Kemudian Dal Hee pun kembali tenang dan operasi berhasil diselesaikannya dengan sukses.
Jae Bum bertanya pada A Ra mengenai pasien yang hendak A Ra celakai (kakak A Ra) mengapa tiba-tiba menghilang. A Ra berkata dia tidak tahu tapi Jae Bum terus memojokkannya namun A Ra langsung pergi ke kamar rawat kakaknya dan ternyata benar dia telah menghilang.
Moon Kyung memeriksa pasien di ruang gawat darurat yang merupakan seorang anak kecil pingsan dan di sampingnya ada ibu dan ayahnya. Dia bertanya kepada ibu si bocah mengapa putranya pingsan. Si ibu dengan takut-takut berkata bahwa putranya tiba-tiba pingsan begitu saja. Moon Kyung pun meminta Jae Bum mendudukkan bocah itu dan melihat beberapa lebam di tubuhnya. A Ra yang ternyata melihat hal tersebut dari kejauhan langsung mengambil tong sampah dan menggunakannya untuk memukul ayah si bocah. Moon Kyung dan Jae Bum tampak terkejut. A Ra marah-marah pada ayah si bocah yang tampak kesal dan kemudian Jae Bum memisahkan mereka.
Min Woo, A Ra, dan Jae Bum pada suatu malam berjalan-jalan (nggak tau juga mereka ngapain, mau pulang atau jalan-jalan doang). Jae Bum dan Min Woo bercanda dengan riang meninggalkan A Ra di belakang mereka yang berjalan dengan ogah-ogahan. Kemudian A Ra melihat ke pinggir jalan yang ternyata di sana ada seseorang yang pingsan. A Ra mengamati wajah orang itu dan menyadari bahwa pria itu adalah ayah yang pernah dipukulnya dengan tong sampah. Di tangan pria itu juga terdapat sebotol minuman keras sehingga membuat A Ra langsung mengacuhkannya begitu saja.
Ketika bis datang, Jae Bum mempersilakan A Ra masuk duluan namun A Ra hanya diam saja lalu tiba-tiba berlari pergi. Jae Bum dan Min Woo pun mengejarnya. A Ra menghampiri pria yang pingsan tadi lalu menyuruh teman-temannya membawa pria itu karena dia terkena hipotermia. Sesampainya di RS, A Ra tampak mati-matian menyelamatkan pria tersebut dengan emosional. Setelah pria itu berhasil selamat, A Ra pun langsung pergi dan Jae Bum (lagi-lagi) mengejarnya.
A Ra duduk di tangga dan Jae Bum di sampingnya. A Ra kemudian bercerita bahwa pasien yang kemarin kecanduan morfin adalah kakaknya. Dia juga cerita tentang ayahnya yang suka memukul anaknya dan membuat A Ra benci padanya. Namun, A Ra menyesal saat ayahnya meninggal (hal itu yang membuat A Ra mati-matian menyelamatkan pria yang pernah dipukulnya dengan tong sampah). A Ra lalu menangis tersedu-sedu dan Jae Bum memeluknya :D
Beralih pada Moon Kyung yang menemui Gun Wook untuk membahas masalah Seung Min. Kemudian saat Seung Min pulang dari RS, Gun Wook hanya bisa melihatnya dari jauh (hedeeeh… kenapa ga nemuin aja sih, pake liat dari jauh segala).
Kemudian di suatu pagi, Dal Hee nyelonong masuk ke kamar dr. Ahn yang baru aja bangun tidur. Rupanya Dal Hee hendak mengambil sample darah dr. Ahn untuk check up kedua (tes AIDS). Ssssttt… untuk adegan pengambilan darah ini kira-kira bener Lee Bum Soo dan Lee Yo Won sendiri nggak ya yang ngelakuin…? Ntar liat aja di behind the scene-nya :D. Setelah mengambil darah dr. Ahn Dal Hee membawanya ke lab dan ternyata hasilnya negatif. Dal Hee dan dr. Ahn tampak sangat lega.
Dr. Ahn berdiri melamun di atap RS. Dal Hee kemudian datang dan dr. Ahn menoleh dengan tatapan acuh padanya. Dal Hee tetep aja cengar-cengir bandel sambil nyodorin sekaleng minuman pada dr. Ahn. Mereka pun duduk berdua sambil minum. Dal Hee berterima kasih pada dr. Ahn karena membuatnya memperoleh pengalaman berharga yakni dengan melakukan operasi pamotongan paru. Dr. Ahn stay cool dan berkata bahwa operasi itu bukan dia yang sepenuhnya melakukannya (karena di bawah instruksi dr. Ahn). Dal Hee tampak kecewa namun mengakuinya. Namun dr. Ahn cepat-cepat menambahkan bahwa Dal Hee melakukannya dengan baik seperti juga saat operasi pasien AIDS (pas ini dr. Ahn tampangnya udah mulai ramah ama Dal Hee).
Dal Hee pun langsung menyebut ini adalah hari yang bersejarah karena salah satu alasannya adalah ini pertama kalinya dia mendapat pujian dari dr. Ahn. Dal Hee pun bertanya apakah ini tandanya dr. Ahn akan bersedia membimbingnya saat kembali ke RS Seoul nanti. Dia bahkan berjanji nggak akan berkencan karena dia baru saja ditolak. Dr. Ahn hanya diam tak menjawab pertanyaan Dal Hee sampai tiba-tiba ada panggilan darurat untuk Dal Hee. Dal Hee pun berlari menuju ruang gawat darurat dengan riang (padahal belum dijawab ama dr. Ahn ya). Dr. Ahn hanya terdiam memandangi Dal Hee yang pergi meninggalkannya lalu mendadak tersenyum. Ini pertama kalinya nih dr. Ahn senyum ma Dal Hee. Setelah 8 episode, dia baru senyum sekarang (aih aih…. Kebayang betapa galaknya ni orang).
Beralih ke Gun Wook yang menuju ruang rahasia (tempat Dal Hee biasa belajar). Dia teringat akan kenangannya bersama Dal Hee (saat pipinya dicium Dal Hee, saat menggoda Dal Hee seperti hendak memeluknya tapi ternyata ambil HP, saat melihat Dal Hee dengan celana pooh). Lalu dia ingat juga ketika Dal Hee menyatakan perasaannya. Gun Wook tak bisa berhenti memikirkan Dal Hee dan kemudian… To Be Continued :)